PERCOBAAN KIMIA FISIKA 2
PERCOBAAN 1
DAYA HANTAR LISTRIK
Tujuan Percobaan:
1. Mengukur
daya hantar listrik berbagai senyawa
2. Mempelajari
pengaruh konsentrasi terhadap daya hantar listrik larutan elektrolit
Alat dan Bahan
Alat:
1.
Multimeter 5. Beaker gelas
100ml, 250ml
2.
Elektroda
platina 6. Pipet volume
5ml
3.
Baterai 7. Botol
semprot
4.
Labu takar 50ml
Bahan:
1.
Aquadest 5. Larutan NaCl 9. NaBr
2.
Minyak tanah 6.
NH4OH 10. NH4Cl
3.
Asam asetat 7. HCL 11.
NaI
4.
Kristal NaCl 8. NaOH
Cara Kerja:
1.
Buatlah
masing-masing 50ml larutan dibawah ini dengan konsentrasi 0,001 M; 0,005M ;
0,01M ; 0,05M
Kelompok I : CH3COOH, NH4OH, HCl, NaOH
Kelompok II : NaCl, NaBr, NaI
2.
Mencuci elektroda
(Cucilah NaOH dengan HNO3 (1:1) kemudian bilas dengan aquadest dan bilas lagi
dengan aseton, keringkan dengan kertas tissu atau alat pengering)
3.
Celupkan elektroda
kedalam larutan tersebut
4.
Amati suhu
permukaan
5.
Ukurlah daya hantar
masing-masing laruitan. Pengukuran selalu dimulai dari larutan yang paling
encer.
6.
Mencuci elektroda
(langkah 2), bila elektroda tidak digunakan lagi rendamlah dengan aquadest.
POINT PENTING:
·
Proses Terjadinya Daya Hantar Listrik kristal NaCl
Penjelasan:
NaCl
(s) + air
→ Na+(aq)
+ Cl-(aq)
Kristal
NaCl terdiri atas ion-ion Na+ dan ion-ion Cl-. Jika
kristal NaCl itu dilarutkan dalam air, maka ikatan antara ion positif dan ion
negatif terputus dan ion-ion itu akan tersebar dan bergerak bebas di dalam
larutan. Terjadinya
hantaran listrik pada larutan NaCl disebabkan ion Na+ menangkap
elektron pada katoda. Sedangkan ion-ion Cl- melepaskan elektron pada
anoda dengan menghasilkan gas klorin (Cl2).
·
Macam – Macam Larutan Elektrolit
1. Larutan Elektrolit Kuat
Larutan yang
memiliki daya hantar arus listrik yang
kuat, karena ion-ion dalam elektrolit semuanya terionisasi sempurna dengan
harga derajat ionisasi 1 (α = 1)
Asam Kuat
: HCL, HBr, HI, H2SO4, HNO3, HCLO3, HCLO4
Basa kuat
: NaOH, KOH, Ca(OH)2, Mg(OH)2, Ba(OH)2, LiOH,
RbOH, Sr(OH)2
Garam dengan
kelarutan tinggi : NaCl, KCl, KI,
Al2(SO4)3, Mg(NO3)2
2.
Larutan
elektrolit lemah
Larutan yang
memiliki daya hantar listrik yang lemah, tidak mengalami ionisasi sempurna,
dengan harga derajat ionisasi lebih dari 0 kurang dari 1 (0 < α < 1)
Asam lemah
: CH3COOH, HCN, H2CO3, H2S, HNO2, H3PO4
Basa lemah
: NH4OH, Ni(OH)2, Al(OH)3, Fe(OH)3
Garam yang sukar
larut: AgCl, CaCrO4, PbI2
3.
Larutan
Non elektrolit
Larutan yang
tidak dapat menghantarkan listrik karena tidak terjadi proses ionisasi. Lampu
tidak menyala dan tidak ada gelembung gas
Contoh: Larutan gula (C12H22O11),larutan urea (CO(NH2)2 , larutan alkohol
C2H5OH (etanol)
larutan glukosa (C6H12O6)
·
Pengaruh Konsentrasi Terhadap Daya Hantar
Listrik Penjelasan :
Besarnya
daya hantar listrik larutan salah satunya di pengaruhi oleh jumlah ion dalam
larutan. Pada larutan yang memiliki konsentrasi besar, jumlah ion dalam larutan
lebih banyak. Kekuatan
daya hantar listrik larutan berbanding lurus dengan jumlah ion-ion yang
terdapat di dalamnya. Larutan yang memiliki
konsentrasi besar memiliki daya hantar listrik kuat (elektrolit
kuat) karena didalam
larutan tersebut
terdapat banyak ion. Dalam elektrolit kuat, zat elektrolit akan terdisosiasi
sempurna. Ion akan terdisosiasi sempurna dengan derajat ionisasi = 1. Sedangkan
pada elektrolit lemah, ion hanya terdisosiasi sebagian dengan derajat ionisasi
lebih dari 0 kurang dari 1.
· Ion-Ion Dalam Larutan Elektrolit Dapat Dihasilkan Dengan Dua Cara:
1.
Zat
terlarut memang senyawa ion, misalnya NaCl. Kristal NaCl terdiri atas ion-ion Na+
dan ion-ion Cl-. Jika kristal NaCl itu dilarutkan dalam air, maka
ikatan antara ion positif dan ion negatif terputus dan ion-ion itu akan
tersebar dan bergerak bebas di dalam larutan.
NaCl (s) +
air → Na+(aq)
+ Cl-(aq)
1.
Zat terlarut bukan senyawa ion, tetapi jika dilarutkan dalam air,
zat itu menghasilkan ion-ion, misalnya HCl, CH3COOH dan NH3.
HCl(g) + air
→
H+(aq) + Cl-(aq)
CH3COOH
+ air →
CH3COO-(aq) + H+(aq)
NH3(g) +
air →
NH4+(aq) + OH-(aq)
NH3
cair dan CH3COOH cair tidak dapat menghantarkan listrik, karena
tidak terionisasi tetapi tetap dalam bentuk molekul-molekulnya. HCl juga larut
dalam benzena, tetapi larutannya tidak dapat menghantarkan listrik. Berarti
dalam benzena HCl tetap sebagai molekul.
·
Prinsip Kerja Konduktometer
Penjelasan :
Prinsip kerja konduktometer
adalah bagian konduktor (elektroda) dimasukkan ke dalam larutan akan menerima
rangsang dari suatu ion-ion yang menyentuh permukaan konduktor, lalu hasilnya
akan diproses dan sebagai outputnya berupa angka konduktansi. Semakin
banyak konsentrasi suatu ion dalam larutan maka semakin besar nilai daya
hantarnya karena semakin banyak ion-ion dari larutan yang menyentuh konduktor
dan semakin tinggi suhu suatu larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya,
hal ini karena saat suatu partikel berada pada lingkungan yang suhunya semakin
bertambah maka pertikel tersebut secara tidak lansung akan mendapat tambahan
energi dari luar dan dari sinilah energi kinetik yang dimiliki suatu partikel
semakin tinggi (gerakan molekul semakin cepat).
·
Mengapa pengukuran dimulai dari konsentrasi
rendah ke konsentrasi tinggi
Penjelasan :
Pengukuran
dilakukan dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi untuk memperkecil
persentase kesalahan pengukuran. Karena
jika dilakukan dari konsentrasi tinggi, dikhawatirkan sisa larutan dari
konsentrasi tersebut masih menempel pada konduktometer, sehingga mempengaruhi
hasil pengukuran.
·
Mengapa elektroda di celupkan di aquadest
sebelum digunakan untuk mengukur larutan yang lain
Penjelasan:
Pada
percobaan ini, sel konduktansi dibilas dengan aquades agar alat yang digunakan
bebas dari ion-ion yang mengganggu (sisa dari larutan sebelumnya) serta untuk
menetralkan alat (PH aquadest = 7 (netral)) sehingga tidak dipengaruhi oleh
pengukuran sebelumnya.
·
Elektroda yang telah digunakan dibilas dengan aseton
Penjelasan:
Aseton
merupakan salah satu Pelarut organik, yang bersifat mudah menguap. Fungsi aseton disini untuk
melarutkan berbagai macam senyawa. Sehingga ia umumnya digunakan untuk membilas peralatan di laboratorium.
KESIMPULAN
1.
Semakin besar
konsentrasi larutan semakin
besar daya hantar listrik larutan
Alasan:
Besarnya daya hantar listrik
larutan salah satunya di pengaruhi oleh jumlah ion dalam larutan. Pada larutan
yang memiliki konsentrasi besar, jumlah ion dalam larutan lebih banyak. Kekuatan daya hantar listrik larutan
berbanding lurus dengan jumlah ion-ion yang terdapat di dalamnya. Larutan yang daya hantar listriknya
lemah (elektrolit lemah) menunjukkan bahwa jumlah ion-ion di dalam larutan
sedikit, sedangkan larutan yang daya hantar listriknya kuat (elektrolit kuat)
menunjukkan bahwa di dalam larutan terdapat banyak ion-ionnya.
2. Larutan elektrolit kuat memiliki konduktivitas lebih
tinggi daripada larutan elektrolit lemah.
Alasan:
Karena
dalam elektrolit kuat, zat elektrolit akan terdisosiasi sempurna. Ion akan
terdisosiasi sempurna dengan derajat ionisasi α = 1. Sedangkan pada
elektrolit lemah, ion hanya terdisosiasi sebagian dengan derajat ionisasi lebih
dari 0 kurang dari 1.
PERCOBAAN 2
TITRASI KONDUKTOMETRI
Tujuan Percobaan:
1.
Penggunaan metode
konduktometri dalam volumetri
2.
Menentukan
konsentrasi HCL dengan metode titrasi konduktometri
Alat dan Bahan:
Alat :
1.
Konduktometer 4. Labu takar 100ml, 50ml
2.
Gelas piala 250ml 5. Pipet volume 10ml, 25ml
3.
Erlenmeyer 250ml 6. Botol semprot
Bahan :
1.
HCl 0,1 M 4. CH3COONa 0,1 M
2.
NaOH 0,1 M 5. NH4OH
3.
CH3COOH 0,1 M
Cara Kerja :
1.
Buatlah larutan HCL
100 ml 0,001 M dan NaOH 100ml 0,05 M
2.
Larutan HCl 0,001 M
ditempatkan dalam erlenmeyer / gelas piala 250 ml
3.
Isilah mikroburet
dengan NaOH 0,05 M
4.
Sel konduktometer
yang telah bersih di celupkan dalam erlenmeyer / gelas piala yang berisi
larutan HCL 0,001 M
5.
Jagalah agar suhu
larutan tetap konstan selama percobaan dan catatlah suhu percobaan tersebut.
6.
Ukurlah daya hantar
setiap penambahan NaOH mulai 0 ml sampai melewati titik ekivalen. Usahakan
setiap penambahan NaOH volumenya berkisar antara 1-2 ml.
7.
Ulangi percobaan di
atas untuk titrasi berikut:
a.
100 ml CH3COOH
0,001 M vs NaOH 0,05M
b.
100ml CH3COONa 0,001
M vs HCl 0,05 M
c.
100 ml NH4OH 0,001
M vs HCl 0,05 M
d.
50 ml HCL 0,001 M +
50 ml CH3COOH 0,001 M vs NaOH 0,05 M
POINT PENTING:
·
Penambahan volume titran ke analit dilakukan secara
bertahap.
Penjelasan :
Penambahan 2 ml
titran dimaksudkan untuk memudahkan dalam pembuatan grafik titrasi. Setelah
penambahan titran larutan dihomogenkan (dengan cara di kocok). Hal tersebut dilakukan untuk mempercepat
terjadinya reaksi pada larutan sehingga semua titran yang ditambahkan
benar-benar sudah bereaksi dan konduktansinya yang terukur sudah representatif
atau mewakili konduktansi disetiap bagian larutan. Selanjutnya elektroda dari
konduktometer dicelupkan ke dalam larutan untuk mengukur konduktansinya.
·
Titrasi yang pertama adalah titrasi asam kuat dengan
basa kuat antara HCl dan NaOH. Reaksi yang terjadi dalam titrasi ini adalah :
HCl (aq) + NaOH (aq) →
NaCl (aq) + H2O (l)
·
Fungsi penggunaan NaOH dan HCL sebagai
titran dalam percobaan ini
Penjelasan :
Untuk
membandingkan konduktansi (daya hantar) dari berbagai zat terlarut, maka sangat
dianjurkan untuk menggunakan zat terlarut dalam jumlah standar yang terionisasi
sempurna, yang akan menghasilkan jumlah muatan positif dan muatan negatif yang
sama banyak, yang sering digunakan adalah larutan NaOH sebagai larutan standar.
·
Mengapa suhu larutan harus tetap konstan
selama percobaan
Penjelasan :
Dalam titrasi konduktometri
penentuan daya hantar listrik sangat berhubungan dengan konsentrasi dan
temperatur dari larutan yang akan ditentukan daya hantar listriknya. Sehingga
kita harus menjaga temperatur larutan agar berada dalam keadaan konstan. Suhu lingkungan mempengaruhi daya hantar listrik larutan,
semakin tinggi suhu suatu larutan
maka semakin besar nilai daya hantarnya, hal ini karena saat suatu partikel
berada pada lingkungan yang suhunya semakin bertambah maka partikel tersebut
secara tidak langsung akan mendapat tambahan energi dari luar dan dari sinilah
energi kinetik yang dimiliki suatu partikel semakin tinggi (gerakan molekil
semakin cepat).
Jika temperatur
berubah – ubah maka bisa saja konsentrasi yang besar seharusnya memilki daya
hantar yang besar tetapi malah sebaliknya yaitu memiliki daya hantar listrik
yang kecil karena pengaruh dari turunnya suhu. Sehingga ion –ion dalam larutan
tidak dapat bergerak dengan bebas.
·
Prinsip kerja konduktometer
Penjelasan :
Prinsip kerja konduktometer
adalah bagian konduktor (elektroda) dimasukkan ke dalam larutan akan menerima
rangsang dari suatu ion-ion yang menyentuh permukaan konduktor, lalu hasilnya
akan diproses dan sebagai outputnya berupa angka konduktansi. Semakin banyak
konsentrasi suatu ion dalam larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya
karena semakin banyak ion-ion dari larutan yang menyentuh konduktor dan semakin
tinggi suhu suatu larutan maka semakin besar nilai daya hantarnya, hal ini
karena saat suatu partikel berada pada lingkungan yang suhunya semakin
bertambah maka pertikel tersebut secara tidak lansung akan mendapat tambahan
energi dari luar dan dari sinilah energi kinetik yang dimiliki suatu partikel
semakin tinggi (gerakan molekul semakin cepat).
·
Mengapa tidak perlu indikator PP
Penjelasan :
Pada
percobaan ini praktikan hanya mengukur daya hantar listrik larutan yang telah
ditambahkan sebanyak 2ml titran kedalam analit. Jadi dalam titrasi konduktometri ini kita tidak perlu mencari titik ekivalen dengan melihat
adanya perubahan warna
KESIMPULAN:
1.
Semakin besar
konsentrasi larutan, semakin besar daya hantar listrik larutan.
Alasan :
Semakin banyak konsentrasi suatu ion dalam larutan
maka semakin besar nilai daya hantarnya karena semakin banyak ion-ion dari
larutan yang menyentuh konduktor.
Daya hantar jenis listrik suatu larutan dipengaruhi
oleh konsentrasi larutannya. Penurunan nilai konduktivitas ini terjadi karena
jumlah ion persatuan luas semakin sedikit. Akan tetapi kemampuan ion pada larutan
akan semakin besar karena tidak adanya hambatan antar ion pada larutan encer.
2.
Pada asam kuat dan
basa kuat (Percobaan A)(HCL vs NaOH), memiliki daya hantar listrik paling
besar.
Alasan:
Pada
asam kuat (HCL) dan Basa kuat (NaOH), gaya tarik-menarik antar ion-ionnya cukup
besar bila dibandingkan dengan gaya tarik menarik antar ion-ion asam lemah
(CH3COOH, CH3COONa) atau basa lemah (NH4OH). Hal inilah yang menyebabkan daya
hantar listrik pada asam kuat atau basa kuat akan semakin besar dan larutan
yang merupakan asam lemah atau basa lemah akan semakin kecil.
PERCOBAAN 3
REAKSI ETIL ASETAT DENGAN OH- SECARA
KONDUKTOMETRI
Tujuan Percobaan :
Penggunaan metode konduktometri untuk menentukan
orde reaksi dan konstanta kecepatan reaksi penyabunan etil asetat.
Alat dan Bahan :
Alat :
1.
Konduktometer 5.
Pipet ukur
2.
Termometer 6. Pipet tetes
3.
Buret 50 ml 7. Labu takar
4.
Pengaduk magnit 8.
Erlenmeyer 250 ml
Bahan :
1.
Etil asetat 0,1 M 4.
Indikator PP
2.
NaOH 0,1 M 5. Aquadest
3.
CH3COONa 0,1 M 6.
Aseton
Cara Kerja :
1.
Buatlah larutan etil asetat 0,02 M, NaOH 0,02 M sebanyak
50 ml.
2.
Masukkan 50 ml 0,02 M etil asetat dan 50 ml NaOH 0,02 M
ke dalam erlenmeyer / beker gelas 250 ml
3.
Celupkan sel konduktometer ke dalam erlenmeyer / beker
gelas yang berisi sampel tersebut.
4.
Untuk menjaga agar temperatur konstan gunakanlah
termometer dan catatlah suhu percobaan.
5.
Amati perubahan daya hantar setiap selang waktu 5 menit
sampai kurang lebih 1 jam.
6.
Untuk mengamati Ko ( daya hantar pada waktu awal = to)
dengan cara mencelupkan sel konduktometer ke dalam 50 ml NaOH 0,02 M. Setelah
suhu percobaan sama dengan langkah (4), bacalah skala daya hantarnya.
7.
Untuk mengamati/menentukan K∞ (daya hantar pada
saat reaksi sempurna) caranya sama seperti percobaan (6) tetapi larutan NaOH
diganti dengan CH3COONa atau dapat juga dengan cara titrasi 50ml CH3COOH 0,02 M
dengan NaOH 0,02 M dan amati daya hantarnya pada saat titik ekivalen.
POINT PENTING:
·
Campuran etil asetat dan NaOH (rx
penyabunan = rx antara seny. Ester + basa)
CH3COOC2H5
+ NaOH → CH3COONa + C2H5OH
·
Suhu larutan dalam erlenmeyer harus dijaga
konstan dengan cara ditutup dengan tissu
Penjelasan :
Untuk
menjaga agar larutan tidak menguap (Etil asetat bersifat volatil). Selain itu
jika suhu tidak dijaga, maka akan mempengaruhi nilai daya hantarnya, karena
jika suhu lingkungan tinggi maka tumbukan antar partikel menjadi lebih cepat,
sehingga kecepatan reaksi menjadi bertambah, dan juga sebaliknya. Suhu juga
merupakan salah 1 faktor yg mempengaruhi nilai daya hantar larutan (faktor
lain: jenis larutan, konsentrasi ion larutan)
·
Setelah digunakan konduktometer harus di
cuci dengan aquadest dan dibilas dengan aseton
Penjelasan :
Aseton
merupakan salah satu Pelarut organik, yang bersifat mudah menguap. ia
melarutkan berbagai macam senyawa. Sehingga ia umumnya digunakan sebagai untuk
membilas peralatan gelas laboratorium
KESIMPULAN:
1.
Senyawa yang
memiliki nilai daya hantar besar adalah senyawa golongan elektrolit kuat
seperti asam kuat, basa kuat (NaOH), dan garam
Alasan :
Larutan yang memiliki
daya hantar arus listrik yang kuat,
karena ion-ion dalam elektrolit semuanya terionisasi sempurna dengan harga
derajat ionisasi 1 (α = 1)
2.
Sebelum reaksi,
nilai daya hantar CH3COONa kecil, setelah reaksi nilai daya hantarnya
bertambah, ini karena NaOH yang telah tercampur adalah golongan basa kuat
(elektrolit kuat)
3.
Suhu suatu larutan
mempengaruhi nilai daya hantarnya
Alasan :
Suhu lingkungan
mempengaruhi daya hantar listrik larutan, semakin tinggi suhu suatu larutan maka semakin besar
nilai daya hantarnya, hal ini karena saat suatu partikel berada pada lingkungan
yang suhunya semakin bertambah maka partikel tersebut secara tidak langsung
akan mendapat tambahan energi dari luar dan dari sinilah energi kinetik yang
dimiliki suatu partikel semakin tinggi (gerakan molekil semakin cepat).
4.
Molaritas /
konsentrasi larutan mempengaruhi daya hantar listriknya.
Alasan :
Besarnya
daya hantar listrik larutan salah satunya di pengaruhi oleh jumlah ion dalam
larutan. Pada larutan yang memiliki konsentrasi besar, jumlah ion dalam larutan
lebih banyak. Kekuatan
daya hantar listrik larutan berbanding lurus dengan jumlah ion-ion yang
terdapat di dalamnya. Semakin banyak konsentrasi suatu ion dalam larutan
maka semakin besar nilai daya hantarnya karena semakin banyak ion-ion dari
larutan yang menyentuh konduktor.
PERCOBAAN 4
KONSTANTA KECEPATAN LAJU REAKSI
Tujuan Percobaan:
Mempelajari kecepatan reaksi hidrolisa sukrosa
terhadap pengaruh H+ sebagai katalisator dan menentukan konstanta
kecepatan reaksinya dengan menggunkan polarimeter.
Alat dan Bahan:
Alat
1.
Satu set polarimeter
2.
Dua tabung polarimeter
3.
Stopwatch / jam
4.
Labu takar 100 ml
5.
Beker gelas 100 ml
6.
Gelas arloji
Bahan
1.
Sukrosa murni
2.
HCl 4 M
3.
Asam asetat 4 M
Cara Kerja :
Pembuatan sampel
1.
Menimbang 10 gram sukrosa, dilarutkan dalam 50 ml
aquadest lalu disaring kemudian encerkan dengan aquadest hingga 100 ml.
2.
Ambil 20 ml JCl 4 M campurkan dengan 20 ml larutan
sukrosa dengan cepat diisikan ke dalam tabung polarimeter dan baca sudut
putarnya interval waktu 10 menit selama 2 jam.
3.
Sudut putaran akhir, ditunggu sampai satu hari (24jam)
4.
Percobaan tersebut diulang dengan mengganti HCL 4 M
sengan asam asetat 4 M.
Pengukuran sudut putar
1.
Hubungkan polarimeter dengan listrik 220 volt.
2.
Biarkan selama ± 10 menit untuk pemanasan alat tunggu
sampai lampu biru berubah menjadi kuning.
3.
Tabung polarimeter diisi dengan larutan sukrosa hingga
penuh dan tidak boleh ada gelembung udara didalamnya.
4.
Tabung tersebut kemudian dimasukkan kedalam polarimeter
untuk diamati sudut putarnya.
5.
Pengamatan pembacaan skala polarimeter urutan posisi
sebagai berikut (kumpulan percobaan sederhana kimia fisika II)
POINT PENTING :
·
Fungsi polarimeter
Penjelasan :
Alat polarimeter disini berfungsi untuk
mempolarisasi cahaya dan mengukur besar sudut putar jenis larutan optic aktif.
·
Ketika mengisi larutan ke dalam tabung
polarimeter jangan sampai ada gelembung udara dalam tabung
Penjelasan :
Karena apabila ada gelembung udara dalam tabung
polarimeter, maka dapat mengganggu pada saat membaca sudut putar, karena
kemungkinan tidak ada bagian atau sisi yang gelap, karena terhalang gelembung
udara. Hal ini juga dapat merusak tabung pada polarimeter akibat tekanan
fluktuasi (terjadi akibat ketidaktetapan atau guncangan)
·
Mengapa menggunakan larutan gula untuk
menentukan konstanta kecepatan reaksi
Penjelasan :
Penggunaan larutan gula (sukrosa) karena larutan
ini merupakan larutan optis aktif (menggambarkan sifat cahaya tampak dan
interaksi cahaya dengan materi), yang berfungsi membelokkan cahaya yang telah
melalui polarisator. Untuk itulah percobaan ini menggunakan analisator (tabung
polarimeter) yang sudutnya dapat diubah-ubah, untuk dapat menemukan sinar yang
telah di belokkan oleh larutan sukrosa.
·
Setiap larutan memiliki sudut putar yang
berbeda-beda tergantung pada konsentrasi dan jenis larutannya.
KESIMPULAN :
1.
Pada saat
konsentrasi gula semakin tinggi, maka cahaya yang terlihat di polarimeter
menjadi lebih redup.
2.
Konsentrasi
dan jenis larutan akan mempengaruhi sudut putar, tergantung dari besarnya sudut
putar jenis larutan tersebut.
3.
Semakin lama
waktu pengamatan, semakin kecil pula nilai sudut putarnya.
4.
Digunakan
larutan gula (sukrosa), karena larutan ini merupakan optic aktif yang berfungsi
membelokkan cahaya yang telah melalui polarisator.
5.
Adanya
gelembung udara pada polarisator dapat mempengaruhi nilai sudut putar
larutannya.
PERCOBAAN 5
PENENTUAN VOLUME MOLAR PARSIAL
Tujuan Percobaan
Menentukan volume molar parsial larutan natrium
klorida sebagai fungsi rapat massa.
Alat dan Bahan:
Alat :
1.
Piknometer 1 buah
2.
Labu takar 5 buah
3.
Gelas kimia 100 ml 5 buah
4.
Gelas kimia 1000
ml 1
buah
5.
Pipet ukur 1 ml 1 buah
6.
Pipet ukur 5 ml 1 buah
7.
Pipet volum 5 ml 3
buah
8.
Pipet volum 10 ml 3 buah
9.
Batrang pengaduk 1 buah
10.
Botol semprot 250 ml 1 buah
11.
Pipet tetes 1
buah
Bahan :
Air
suling (aquadest) dan larutan NaCl 3 M
Cara Kerja :
1.
Buatlah 5 macam
konsentrasi larutan NaCl dari larutan yang telah disediakan.
2.
Timbanglah
piknometer kosong
3.
Isi piknometer
sampai penuh dengan larutan yang kan diukur rapat massanya, jangan ada udara di
dalam piknometer.
4.
Gantungkan
piknometer didalam termostat pada suhu 30oC, posisikan agar seluruh
bagian piknometer berada dibawah permukaan air selama ± 15 menit. Hati-hati
jangan sampai air dalam termostat masuk ke dalam piknometer
5.
Amati permukaan
didalam piknometer harus masih tetap penuh, jika berkurang tambahkan larutan
selama piknometer masih didalam termostat.
6.
Keluarkan
piknometer dari dalam termostat dan cepat keringkan dengan kertas tissue.
Kemudian timbang termostat tersebut dengan menggunkan neraca analitik.
7.
Lakukan pengerjaan
2 s/d 6 di atas untuk penentuan rapat massa air dan larutan NaCl yang telah
dibuat pada pengerjaan 1.
POINT PENTING:
·
Penggunaan larutan NaCl dalam percobaan menentukan
volume molar parsial
Penjelasan :
Larutan NaCl digunakan pada praktikum ini karena
merupakan salah satu contoh larutan elektrolit kuat. NaCl akan terurai menjadi
ion Na+ dan Cl-
Rx : NaCl
(s) + air
→ Na+(aq)
+ Cl-(aq)
Bila dilarutkan di dalam air, ion Na+
dan Cl- yang terurai akan
mampu menyerap air tanpa adanya penambahan volume suatu larutan sehingga
disebut dengan volume molar parsial semu.
·
Mengapa air dalam thermostat jangan sampai masuk piknometer
Penjelasan :
Karena
hal ini dapat mengubah massa jenis larutan dalam piknometer tersebut sehingga
nilai massa jenis larutan tidak sesuai dengan keadaan semula.
·
Pengukuran dilakukan dari konsentrasi kecil
ke konsentrasi besar
Penjelasan :
Hal
ini dilakukan agar nantinya berat yang ditimbang untuk larutan yang konsentrasinya
kecil, tidak dipengaruhi oleh larutan yang konsentrasinya besar, karena
ditakutkan sisa larutan konsentrasi tadi masih menempel pada alat. Konsentrasi
larutan yang besar dapat mempengaruhi konsentrasi yang kecil menjadi agak besar
pula walaupun tidak sama.
KESIMPULAN:
1.
Semakin kecil
konsentrasi larutan, maka akan semakin kecil juga berat jenis larutan tersebut.
2.
Semakin tinggi
konsentrasi larutan, menunjukkan jumlah partikel dalam larutan tersebut semakin
banyak.
3.
Proses pengenceran
dilakukan untuk mengamati seberapa besar penambahan volume larutan yang terjadi
pada berbagai konsentrasi larutan.
4.
NaCl berfungsi
sebagai zat terlarut dan aquadest sebagai zat pelarut.
5.
Massa jenis larutan
NaCl lebih besar daripada massa jenis aquadest.
6.
Adanya rongga udara
di dalam piknometer setelah dikeluarkan dari termostat disebabkan adanya
perengangan ikatan natrium klorida.
7.
NaCl merupakan
solut yang gaya tariknya begitu kuat,sehingga memerlukan solven(air) yang
bersifat polar.
PERCOBAAN 6
MENENTUKAN TETAPAN HIDROLISA SECARA
POTENSIOMETRI
Tujuan percobaan :
Menentukan tetapan hidrolisa (Kh) garam-garam
elektrolit pada suhu kamar.
Alat dan Bahan
Alat
pH meter
1.
PH meter 5.
Botol pencuci
2.
Labu takar 10 ml 6.
Termometer
3.
Pipet volum 10 ml, 20 ml 7.
Kertas tissue
4.
Beker gelas 250 ml 8.
Pengaduk magnet
Bahan
1.
Aquadest 5. Larutan NaCl 9. NaBr
2.
Minyak tanah 6.
NH4OH 10. NH4Cl
3.
Asam asetat 7.
HCL 11. NaI
4.
Kristal NaCL 8. NaOH
Cara kerja :
1.
Buatlah sari larutan Pb(NO3)2 sebanyak 100 ml dengan
konsentrasi 1 x 10-1 M;
2 x 10-2
M; 4 x 10-3 M; 8 x 10-4 M; 16 x 10-5 M; 32 x
10-5 M dan 64 x 10-6 M
2.
Hidupkan alat PH meter dan biarkan selama 5 s.d 10 menit,
cuci elektrodanya dengan aquadest dan keringkan dengan kertas tissue.
3.
Stanbdarisasi PH meter (baca petunjuk) pengoperasian PH
meter ( amati seri larutan Pb(NO3)2)
4.
Ukurlah PH larutan Pb(NO3)2 pada temperatur percobaan,
dimulai dari konsentrasi yang rendah lebih dulu.
5.
Cucilah elektroda PH meter dengan aquadest dan keringkan
dengan kertas tissue.
6.
Opercobaan yan g sama dilakukan dengan percobaan berikut:
NH4NO3; CH3COONa; Na2SO4 dan CH3COONH4.
POINT PENTING:
·
Menentukan pH larutan
Penjelasan :
pH suatu
larutan dapat diketahui dengan beberapa cara, antara lain dengan jalan
menitrasi larutan dengan asam dengan indikator, yang kedua yang lebih teliti
lagi dengan pH meter. PH air disebut basa (alkaline) bila lebih dari 7 dan asam
apabila kurang dari 7.
·
Prinsip kerja PH (pangkat hidrogen
atau power of hydrogen ) meter
Penjelasan :
Cara kerja alat
ini adalah dengan cara mencelupkan kedalam air yang akan diukur (kira-kira
kedalaman 5cm) dan secara otomatis alat bekerja mengukur.
Pada saat pertama dicelupkan angka yang ditunjukkan oleh display masih
berubah-ubah, tunggulah kira-kira 2 sampai 3 menit sampai angka digital stabil.
·
Pengukuran larutan dari konsentrasi rendah
ke konsentrasi tinggi
Penjelasan :
Pengukuran
dilakukan dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi untuk memperkecil
persentase kesalahan pengukuran. Karena
jika dilakukan dari konsentrasi tinggi, ditakutkan sisa larutan dari
konsentrasi tersebut masih menempel pada konduktometer, sehingga mempengaruhi
hasil pengukuran. Manfaat lainnya yaitu bertujuan menghemat waktu, karena
dengan mengukur dari konsentrasi rendah ke tinggi, kita tidak perlu mencuci PH
meter selama proses pengukuran konsentrasi.
·
Pencucian elektroda pH meter dengan aquadest
Penjelasan :
Pada
percobaan ini, sel konduktansi dibilas dengan aquades agar alat yang digunakan
bebas dari ion-ion yang mengganggu (sisa dari larutan sebelumnya) serta untuk
menetralkan alat (pH aquadest = 7 (netral)).
·
Mengapa dilakukan proses pengenceran secara
bertingkat
Penyelesaian:
Konsentrasi
larutan-larutan yang akan di ukur sangat kecil. Apabila menggunakan proses
pengenceran biasa, maka akan ditemukan kesulitan yaitu pada volume yang di
dapat tidak tepat di ukur karena menunjukkan jumlah volume yang sangat kecil.
Oleh karena itu proses pengenceran digunakan secara bertingkat, untuk
mempermudah.
KESIMPULAN:
1.
CH3COONH4 merupakan
larutan garam yang berasal dari ASAM LEMAH dan BASA LEMAH, sehingga larutan
tersebut dapat menghasilkan larutan garam yang terhidrolisis sempurna.
2.
CH3COONa merupakan
larutan garam yang berasal dari ASAM LEMAH (CH3COOH) dan BASA KUAT (NaOH).
Larutan ini terhidrolisis sebagian (parsial)
3.
Semakin besar
konsentrasi larutan, semakin besar PH (derajat keasaman) larutan.
PERCOBAAN 7
KELARUTAN TIMBAL BALIK
Tujuan percobaan :
Mempelajari kelarutan timbal balik antara dua
cairan. Menggambarkan hubungan kelarutan suhu dalam suatu diagram fase.
Alat dan Bahan:
Alat
1.
Tabung reaksi sedang 6. Botol timbang
2.
Tabung reaksi besar 7. Pembakar bumsen
3.
Pengaduk lingkar 8.
Kaki tiga
4.
Termometer 9. Kawat kasa
5.
Klem manice 10.
Gelas kimia 1000 ml
Bahan
1.
Fenol 20
gram
2.
Larutan NaCl 1% 6 ml
3.
Larutan CH3OH 1% 6
ml
4.
Air (aquadest)
Cara kerja :
1.
Siapkan campuran fenol dan air didalam tabung reaksi
sedang dengan komposisi masing-masing sebagi berikut:
2.
Panaskan tiap campuran tersebut dengan penangas air
(gambar kumpulan percobaan sederhana kimia fisika II). Aduklah campuran dengan
pelan, catat suhu pada saat campuran berubah dari keruh menjadi bening.
Keluarkan tabung reaksi besar dari air biarkan campuran (larutan) menjadi
dingin dan catat suhu pada saat campuran keruh kembali.
3.
Bila penimbangan fenol pada pengerjaan (1) kurang teliti
tentukan konsentrasi fenol dalam kedua fase dari tiap-tiap campuran secara
volumetrik dengan menggunakan larutan brom yang telah dibakukan.
4.
Buatlah dalam tabung reaksi sedang yang bersih campuran
4gram fenol dengan 6ml larutan CH3OH 1%. Tebtukan suhu pada saat campuran
berubah menjadi jernih dan menjadi keruh kembali. Lakukan hal yang sama untuk
campuran 4 gram fenol dan 6 ml larutan NaCl 1%
POINT PENTING:
·
Pada campuran fenol – air, terbentuk 2
fase.
Penjelasan :
Pada
campuran fenol-air, diperoleh larutan yang tidak saling bercampur yang
membentuk 2 fase, fase atas yaitu air dan fase bawah yaitu fenol. Larutan tidak
bercampur homogen, hal ini disebabkan karena perbedaan densitas fenol dan air.
Massa jenis air lebih rendah daripada fenol.
·
Faktor yang mempengaruhi kelarutan
Penjelasan :
Temperatur,
konsentrasi, tekanan, jenis solven, ion asing, ion senama, pengadukan, dan luas
permukaan. Semakin besar konsentrasi semakin lambat kelarutannya. Bila didalam
larutan terdapat ion asing maka akan semakin cepat kelarutan. solut yang
bersifat nonpolar akan semakin cepat kelarutannya dalam pelarut
nonpolar.sedangkan apabilaterdapat ion senama, kelarutan akan semakin lambat.
·
Sifat fenol
Penjelasan :
Korosif,
sifat fenol yaitu mengandung gugus OH, terikat pada sp2-hibrida, titik didih
yang sangat tinggi yaitu 181,9C. Larut dalam pelarut organik, berupa padatan
(kristal), dan tidak berwarna.
·
Perubahan warna yang terjadi dari KERUH –
BENING.
Penjelasan :
Perubahan
warna diakibatkan karena zat tersebut mengalami perubahan kelarutan yang dipengaruhi
oleh perubahan suhu. Perubahan suhu
bergantung pada komposisi atau fraksi mol kedua zat tersebut.
·
Faktor yang mempengaruhi kelarutan
Penjelasan :
1. Temperatur
Semakin tinggi
temperatur semakin cepat kelarutannya, dan sebaliknya semakin rendah tempetur
semakin kecil kelarutannya
2. Konsentrasi
Semakin besar
konsentrasi semakin lambat kelarutannya, semakin kecil konsentrasi semakin
besar kelarutan.
3. Tekanan
semakin besar
tekanan semakin cepat kelarutannya, dan sebaliknya semakin rendah tekanan
semakin kecil kelarutannya
4.
Jenis-jenis zat pelarut
Dalam larutan
zat terlarut yang bersifat polar akan semakin cepat kelarutan dalam pelarut
polar dan sebaliknya zat terlarut yang bersifat non polar akan semakin cepat
kelarutannya dalam pelarut yang non polar.
5.
ion asing dan ion senama
Bila didalam
sebuah larutan terdapat ion asing maka kelarutan akan semakin cepat. Sedangkan
bila dalam larutan tersebut terdapat ion senama maka kelarutan akan semakin
lambat.
6.
Luas permukaan
Luas permukaan
semakin besar kelarutan semakin cepat dan sebaliknya luas pemukaan semakin
sempit kelarutan akan semakin kecil.
7.
Pengadukan
Bila terjadi
pengadukan dalam suatu larutan maka kelarutan akan semakin cepat.
KESIMPULAN:
1.
Fenol yang ditambahkan kedalam
air dengan perbandingan jumlah volume fenol yang tetap dan volume air yang
berbeda-beda, temperatur yang dihasilkan semakin tinggi pada larutan yang
jumlah volume airnya paling banyak.
2.
Ekperimen perubahan
fase yang terjadi antara fenol – air, yaitu perubahan warna larutan KERUH –
BENING, dan BENING – KERUH. Fenol dan air kelarutannya akan berubah apabila
kedalam campuran itu ditambahkan dengan salah satu komponen penyusunnya yaitu
fenol dan air.
3.
Yang mempengaruhi
keadaan dari keruh menjadi benig dan sebaliknya dari bening menjadi keruh yaitu
perubahan temperatur.
4.
Fenol –air tidak
dapat bercampur secara homogen karena memilik massa jenis yang berbeda.
5.
Keadaan yang
mengakibatkan terjadinya perubahan warna larutan, termasuk salah satu contoh
kelarutan timbal-balik.
PERCOBAAN 8
KELARUTAN SEBAGAI FUNGSI TEMPERATUR
Tujuan percobaan :
Menentukan pengaruh temperatur terhadap kelarutan
suatu zat dan menghitung panas pelarutannya.
Alat dan Bahan :
Alat
1.
Termostat 0 – 50o C 5. Beker
gelas 250 ml
2.
Termometer 50o C 6. Pengaduk gelas
3.
Buret 50 ml 7.
Pipet volume
4.
Erlenmeyer 250 ml 8.
Tabung reaksi 250 ml
Bahan
1.
Asam oksalat 4. Larutan NaOH 0,5 M
2.
Asam benzoat 5. Indikator PP
3.
Asam borak 6. Es batu dan garam
Cara kerja :
1.
Pada temperatur kamar ( T = 25o C) kristal
asam oksalat dilarutkan dalam 100 ml aquadest sedikit demi sedikit sampai
terbentuk larutan jenuh.
2.
Larutan jenuh tersebut masukkan dalam tabung reaksi besar
yang dilengkapi termometer.
3.
Tabung reaksi yang berisi larutan jenuh dimasukkan dalam
tabung D yang dilengkapi dengan pengaduk es dan garam dapur. Tabung reaksi yang
berisi es lalu diaduk supaya temperatur menjadi homogen.
4.
Sesudah mencapai kesetimbangan (±30 detik), larutan dalam
tabung C di ambil 10ml (kristal asam oksalat tidak ikut terbawa). Kemudian
titrasi denga larutan NaOH 0,5 M.
5.
Langkah (4) diulangi 2 kali untuk setiap temperatur
percobaan (25o C; 20o C; 15o C; 10o C;
5o C; 0o C
POINT PENTING:
·
Hubungan antara garam dengan es batu
Penjelasan :
Apabila
es ditaburi dengan garam akan
menimbulkan
reaksi kimia antara garam dan es. Pada
permukaan es batu ada selaput atau lapisan yang sangat tipis. Lapisan ini akan
mencair bila ditaburi garam sehingga akan terbentuk lapisan garam dan air.
Titik beku air garam lebih rendah dari pada titik beku air pada umumnya. Benda
yang mempunyai titik beku rendah akan mudah membeku sehingga lapisan air garam
akan segera membeku kembali
·
Pengaruh garam terhadap es batu
Penjelasan :
Fungsi penambahan garam pada es batu adalah untuk
menjaga suhu disekitar tabung dan memperlambat proses pencairan es batu di dalam
tabung. Hal ini disebut sebagi teknik pendinginan.
·
Asam oksalat (H2C2O4)
Penjelasan :
Merupakan asam organik yang kuat yang digunakan
sebagai pereduktor.
·
Fungsi NaOH sebagai titran
Penjelasan :
Fungsi NaOH sebagai penyerap karbon dioksida dari
udara bebas, NaOH sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika
dilarutkan.
·
Penambahan indikator PP
Penjelasan :
Penambahan indikator pp adalah untuk mengetahui
apakah reaksi sudah mencapai titik ekivalen atau belum dengan melihat perubahan
warna yang terjadi.
·
Setelah mencapai suhu yang diinginkan
larutan asam oksalat harus segera di titrasi
Penjelasan :
Selanjutnya dilakukan pengambilan 10ml larutan asam
oksalat, larutan tersebut harus segera di titrasi karena dengan tujuan agar
suhu tersebut tidak berubah naik karena terjadi perpindahan panas akibat adanya
perbedaan suhu lingkungan dengan suhu sistem
KESIMPULAN:
1.
Semakin rendah suhu semakin kecil volume NaOH yang
dibutuhkan untuk titrasi. Setiap penurunan suhu, maka tingkat kelarutan larutan
akan semakin rendah,
sehingga jumlah NaOH yang dibutuhkan juga semakin sedikit.
2.
Titrasi berfungsi menentukan titik ekivalen dari suatu
larutan
3.
Larutan jenuh antara asam oksalat dan aquadest terjadi
ketika kesetimbangan antara zat terlarut dengan zat yang tidak terlarut.
4.
Pecahan es batu bertujuan untuk mendinginkan atau
menurunkan suhu larutan
5.
Penambahan garam bertujuan untuk menjaga temperatur suhu
batu es lebih stabil terhadap perpindahan panas lingkungan.
6. Semakin tinggi temperatur semakin cepat kelarutannya, dan sebaliknya
semakin rendah tempetur semakin kecil kelarutannya
No comments:
Post a Comment